Silih Berganti

Pamungkas Adiputra
3 min readMar 7, 2020

--

Salut dengan semua kreasi yang dibuat oleh Tuhanku. Mampu membuat apa yang orang lain tak mampu menciptakannya. Termasuk penciptaan berbagai jenis manusia dan perasaan yang mengantarkannya kepada seseorang. Entah untuk singgah menetap atau akan hilang dalam sekejap. Baik dalam perwujudan perubahan secara abstrak atau tampak, semua akan terjadi.

Tak ada jaminan kamu akan tetap stabil dalam segala kondisi. Selama kamu hidup, secara tidak langsung akan mendatangi atau didatangi sebuah perubahan yang membuatmu terombang-ambing dalam situasi itu. Kamu hanya perlu kendali atas dalam diri jika tidak ingin terpeleset dalam pilihan keputusan yang kurang benar.

21 tahun aku menghela dan menghembuskan napas, banyak sekali yang sekiranya sudah tak dapat dihitung pakai jari atau alat bantu kejadian-kejadian yang seringkali membuat aku tertegun dan terkadang membuat sedikit mulut menganga. Boleh jadi ketika masa pendewasaan kamu belum menyadari betapa penting pemahaman akan setiap detail kejadian yang terjadi, setiap perubahan yang membuat perasaan kita sedih atau senang, dan menangis akan bahagia atau kesedihan. Lambat laun kamu akan mengerti, tak perlu dipersulit.

Seperti temanku dari Twitter yang sedang merasa hatinya paling terpuruk. Kutanya mengapa seperti itu, ternyata karena perubahan wajahnya yang kian menambah noda kemerahan di wajahnya. Awalnya, ia mencoba beberapa produk yang belum pernah dijamahnya, lalu beberapa hari kemudia dia membagikan kekesalannya ke linimasa Instagram bahwa kulit wajahnya sangat melepuh. Kukira dia sudah handal dalam dunia per-skincare-an, ternyata respon setiap kulit terhadap berbagai produk tidak selalu bersahabat. Ia terpuruk, ia merasa dirinya tak pantas untuk memasukkan wajahnya di postingan untuk sekadar berswafoto.

Lain halnya dengan teman masa SMAku dulu yang sudah berulang kali berganti pasangan karena dirasa keduanya kurang mempunyai komitmen dan alasan yang kuat untuk tetap bertahan. 1 minggu yang lalu ia membagikan curhatannya kepadaku, ia sedang dekat dengan salah seorang yang disukainya sesame satu fakultas dan akhirnya mereka berpacaran. Tepat hari ini, ia kembali menghubungiku perihal kekandasan hubungannya karena tak lagi harmonis lagi. Ia sedih, ia merana kembali. Aku, sebagai penasihatnya dari dulu juga sejujurnya sudah lelah memperingatinya agar lebih hati-hati menaruh perasaan kepada seseorang. Namun karena egonya masih tinggi, ia pun diombang-ambingkan perasaan.

Berbeda dengan teman online-ku yang sekaligus kuanggap seperti adik kandung. Kita belum pernah bertemu sebelumnya, namun sudah cukup akrab dan hangat pertemanan kita. Ya, meskipun sering lost contact karena adanya berbagai faktor. Singkatnya, ia beberapa kali sambat soal belum terlalu handal dalam manajemen waktu dan pemikiran soal perkuliahan dan yang lainnya. Berakibat down dan sering hilang kabar begitu saja.

Semuanya anggap saja masa transisi. Semuanya akan berputar. Demikian juga denganku. Belum expert dengan persoalan mengatasi masalah-masalah hidup yang terus mencoba berbenah diri. Jangan pernah sesekali menjadi orang yang paling sial. Hidup bukan tentangmu saja, ada berjuata-juta makhluk hidup yang turut berjuang agar bisa mengilhami apa itu kehidupan.

Oh, ya, untuk bersyukur kamu tak perlu memandang orang-orang yang ada di bawahmu. Sebenarnya, aku kurang setuju dengan dalil-dalil atau quotes yang beterbaran di media sosial jiak harus demikian. Sejatinya kita semua diharapkan setara, tergantung bagaimana kita menyikapi dan mengubah keadaan agar lebih baik dari sebelumnya. Hidupmu hidupmu, hidupku hidupku. Tak perlu adanya perbandingan antara kedua hal tersebut.

Aku juga masih 0 dalam pembelajaran. Peringati aku jika kamu mengetahui kesalahan dan keburukanku. Jangan saling mengabaikan begitu saja. Aku juga manusia yang perlu koreksi diri. Aku harap, akan ada perubahan-perubahan baik ke depannya untuk aku dan kalian. Tetap stabil dalam mengatur kendali, jangan pernah mau didahului ego. Jiwa dan batinmu lebih butuh yang mana, ikuti kata hatimu.

Sleep tight!

--

--

Pamungkas Adiputra
Pamungkas Adiputra

Written by Pamungkas Adiputra

Personal perspective. Currently at the stage of being able to learn to interpret the true meaning of life.

No responses yet