Kado saat Ramadan untuk Ibu

Pamungkas Adiputra
4 min readMay 10, 2020

--

Bentuk kado seperti apa yang bisa membuat ibu bahagia menerimanya? Bisa bantu saya pilihkan untuknya?

Le, salat subuh,

sontak saya terbangun dari tidur yang berkepanjangan setelah sahur, tepatnya dua hari yang lalu. Saya merasa ada yang memanggil dari arah pojok kamar kos. Suaranya pun tak asing. Ternyata layaknya suara ibu yang sedang ada di kampung halaman.

Sebentar, beliau ada di kampung halaman dan saya sedang di perantauan. Bagaimana pula beliau memanggil saya dengan jelas? Apa kami sedang saling bertelepati? Saya rasa memang ada ikatan batin yang cukup kuat antara saya dengan wanita tangguh itu.

Akhir-akhir ini, saya sedang cemas dan bingung perihal bulan Mei. Ya, karena bulan Mei merupakan hari kelahiran ibu saya. Sudah sejak dua tahun terakhir saya merutinkan untuk memberikan hadiah terbaik untuk beliau selama saya masih mampu untuk melakukannya.

Hadiah terbaik di sini bukan berarti semata-mata hanya bungkusan kotak besar, disandari dengan kue ulang tahun berhiaskan lilin, dan bertuliskan “selamat ulang tahun”, namun juga hal-hal baik yang menyertai saya dalam kehidupan kemudian saya bagikan kepada beliau dalam bentuk kebahagiaan. Apa pun bentuk dan rupanya, saya rasa seorang ibu akan senang jika diberikan sesuatu oleh anak kesayangannya.

Tahun ini memang cukup berat bagi saya untuk memilah dan memilih apa saja yang harus saya berikan untuk beliau. Dikarenakan, pertama, sudah beberapa bulan saya berada di kota rantau, yang artinya jarak kami semakin jauh. Kedua, begitu banyak halang rintang awal-awal tahun ini untuk terus berproses menghasilkan karya, apa yang perlu saya berikan untuknya? Ketiga, terkait dengan pandemi global yang mengharuskan saya untuk mengundurkan jadwal pulang kampung atau mudik.

Memberikan sesuatu hal yang terindah bagi ibu bagi saya bukanlah sebuah tuntutan atau paksaan dari konstruksi sosial yang mengakar. Lagipula, ibu telah memberikan sumbangsih terbesar bagi kelangsungan hidup saya sedari kecil. Bagaimana mungkin saya tidak akan menunaikan bakti terhadap orang tua. Saya cukup sadar diri karena 21 tahun hidup sudah banyak merepotkan beliau, meskipun kebanyakan orang tua selalu berkata “Sudah, tak apa, ini memang kewajiban orang tua untuk menafkahi para anaknya”.

Seperti yang sudah saya katakan di awal, ibu merupakan wanita tangguh yang sudah berjuang begitu kerasnya untuk kehidupan kami. Hingga akhirnya ibu sendirilah yang berjuang untuk mengupayakan kesuksesan anaknya, mencukupi kebutuhan hidup sehari-harinya, dan berperan ganda dalam kehidupan rumah tangga. Begitu hebat, bukan?

Sedari kecil saya sudah diajarkan arti pentinya tolong menolong, saling menghormati, menebarkan kebaikan terhadap sesama, harus bisa memposisikan keadaan dengan realita, dan sebagainya. Bagi saya, saya tak ingin hanya jika disebut sebagai hubungan orang tua-anaknya. Lebih dari itu, saya ingin disejajarkan dengan beliau sebagai mitra keluarga yang saling berperan dalam semua hal selagi masih dalam batasan yang wajar.

Pada akhirnya, saya memutuskan untuk mendedikasikan tulisan ini untuk ibu sebagai kado pertamanya di tahun ini. Membiarkan beliau mengerti, anaknya bangga dengan apa yang disukai dan dijalaninya. Setelah banyak kejadian-kejadian yang membuat hubungan kami sempat pernah renggang, akhirnya ibu mulai lebih sering mengerti hal-hal yang memang bisa menjadikan saya tenang dan damai dalam menjalani kehidupan.

Sebagai kado tambahan, saya sudah menanyakan kepada beberapa teman, namun hasilnya juga membuat saya kebingungan. Dari mulai memberikan opsi tas, sepatu sekolah, kerudung, gamis, hingga cincin, semuanya pun membuat saya bertanya-tanya. Tiba-tiba salah satu dari teman saya menyeletuk jawaban dengan bahasa Jawa “Kado terbaik nggo ibumu yo koe mulih,” yang artinya “Kado terbaik untuk ibumu ya kamu pulang”. Seketika saya tertegun sejenak dengan jawabanya, cukup membuat saya terdiam dan berpikir jauh.

Saya belum bisa menghasilkan hal yang lebih untuk masa tuanya, saya merasa gagal jika belum bisa memberikan kontribusi terbaik untuk keluarga begitu juga dengan ibu. Saya sedikit canggung jika harus pulang terlebih dahulu untuk merayakan ulang tahun beliau meskipun pandemi global ini telah berakhir. Apakah ini ada kaitannya dengan lagunya Armada yang berjudul Pulang Malu Tak Pulang Rindu?

Ditambah lagi, saya tergolong tipe yang sangat canggung, malu, dan gengsi untuk menyatakan secara langsung atau sekadar via telepon jika rindu dan sayang dengan ibu. Saya harap beliau sudah bisa menafsirkan sendiri bagaimana cara anaknya untuk mengungkapkan rasa sayang dan cinta terhadapnya.

Kado selanjutnya, tentu saya akan memberikan sesuatu yang riil, sekiranya bisa dipakai beliau setiap saat dan agar bisa mengingat saya agar tak dilupakannya. Mungkin benar apa yang dikatakan teman di awal, bisa tas atau baju gamis untuknya. Lebih dari itu, ibu tak suka jika harus terlalu “wah”. Beliau tetap hangat dengan kesederhanaan dan kenyamanannya.

Terakhir, ada yang ingin menitipkan salam ulang tahun dan panjang umur untuk ibu saya? Saya harap, ibu dan saya selalu panjang umur dan diberikan kesehatan yang maksimal untuk menunaikan kebaikan-kebaikan terhadap sesama. Entah bagaimana jadinya jika saya berpisah dengan beliau, tak ada kemunafikan kalau air mata akan menetes.

Memang, hari dan bulan ini bukanlah hari ibu, bagi saya hari ibu tak mengenal patokan waktu tertentu. Setiap saat memang sudah waktunya untuk merayakan kebahagiaan kepada ibu tersayang. Semoga kita dan pahlawan dalam keluarga bisa terus bersinergi dengan baik dan menjaga keharmonisan meski tak bisa utuh kembali.

--

--

Pamungkas Adiputra
Pamungkas Adiputra

Written by Pamungkas Adiputra

Personal perspective. Currently at the stage of being able to learn to interpret the true meaning of life.

No responses yet