Hanya Kamu
Sekali pun kamu berjuang bersama dengan banyak orang, sejatinya hanya dirimu yang berjuang untuk diri sendiri demi bersaing dengan yang lain dan bertahan untuk kehidupan mendatang.
Kamu takkan benar-benar bersama, kamu hanya ditemani sementara dalam satu masa, selebihnya kamu sendiri yang menentukan segala keputusan pada kemudian hari.
Sejatinya hanya kamu dan bayanganmu yang selalu setia mengikuti arah langkah dan keinginanmu. Oh, ya, jangan lupakan takdir Sang Pencipta. Selebihnya? mereka hanya ingin kamu terlihat kuat, maju, dan tak mengeluh setiap saat. Mereka mendorongmu dari belakang agar terus berjuang dan tak mudah menyerah, tapi bukan berarti mereka akan benar-benar selalu berada di belakang atau sampingmu pada semua keadaan.
Bahkan, beberapa masa mendatang, akan ada saatnya mereka lenyap satu-persatu, entah karena sudah cukup melihatmu berjuang sampai titik tuju atau kesal dengan caramu meminta bantu.
Sekali pun kita merengek untuk mereka kembali kepada kita, tak benar-benar pula dengan cara yang sama seperti sedia kala. Akan ada beberapa perubahan yang justru cukup membuat kita kaget. Beberapa kondisi akan kamu lihat betapa signifikan perbedaan sikap dan respon dari mereka ketika kita meminta pertolongan atau sekadar tempat bersandar.
Kehidupan itu dinamis. Beberapa bagian kita terlihat lesu dan tak berdaya, beberapa bagian pula kita akan menanggalkan kesedihan yang mengendap terlalu lama.
Aku paham jika bahagia tentu hak milik semua orang meski dengan cara yang berbeda. Aku mengerti jika manusia yang tak punya “hak istimewa” harus sedikit merela sakit yang diterpa agar lebih bisa merapatkan bahagia yang didamba. Namun, ada beberapa situasi yang membuat kita menyerah dan stagnan di satu masa. Tentu sangat menghambat perubahan, aku pahami pula itu. Entah karena ocehan orang lain, sikap dan perilaku negatif yang kita terima, atau apa pun itu. Sedikit bangkit, banyak luka menjerit.
Lagi-lagi, kita semua perlu koreksi diri. Aku paham, itu semua sulit. Meditasi atau perenungan demi keseimbangan hidup sangatlah sulit. Aku pun juga mengalami hal yang sama. Sangat menafik jika aku selalu mengatakan sedang baik-baik saja kepada orang lain yang sedang menanyakan keadaanku. Toh, jika aku bercerita dengannya, apa aku selalu mendapat solusi terbaik yang aku inginkan? Begitu singkatnya asumsi pikiranku.
Kalau pun Tuhan memberitahukan simulasi untuk sebelum hadir ke dunia ini, aku tak mau berlomba dengan ratusan juta calon manusia dan menjadi pemenangnya. Dunia terlalu kejam untuk orang-orang sepertiku yang kebanyakan orang menganggapnya lemah.
Bagaimana pun keadaannya, kita sudah berjuang sampai sejauh ini. Mari terus berusaha untuk melakukan yang terbaik pada setiap kesempatan. Kompleksitas permasalahan dalam kehidupan akan terus terjadi dan tentunya kita tidak bisa menghindari. Yup, sounds like my fav song, do or die. Bertahan untuk sekarang dan masa depan atau mati dengan berlumuran penyesalan.
Selamat sore!