Am I Deserve to Loved?

Pamungkas Adiputra
2 min readFeb 19, 2020

--

Bu, mengapa kau dan Tuhan tidak bercengkerama terlebih dahulu sebelum memberikanku kesempatan untuk menginjakkan tanah di dunia jika pada akhirnya kisahnya penuh dengan misteri seperti ini? Berharap akan ada konspirasi terbesar yang aku harapkan, kelak..

Berbagai penolakan terus bermunculan yang terjadi. Entah ini sebuah anugerah atau musibah yang harus diterima. Sepertinya, dunia hanya menjadi tempat untuk kamu berkarya dan mengekspresikan diri, terlepas dari kenyamanan dan halang rintang yang ada, itu urusanmu, itu tanggunganmu. Kamu lemah, kamu tak bisa bertahan, kamu terkalahkan.

Kamu tak bisa benar-benar sendiri, namun juga banyak situasi yang mengharuskan orang lain tak perlu ikut campur dalam urusanmu. Toh, mereka juga tak benar-benar mau mengharapkan kamu memanggilnya untuk dimintai tolong.

Aku yakin, setiap makhluk hidup butuh adanya afeksi sebagai penunjang produktivitas dalam mengejar mimpi. Balutan kasih sayang seorang orang tua yang mampu menenangkan, teman yang mampu mengakrabkan, kekasih yang mampu menyabarkan. Namun, itu semua dapat terhempas begitu saja ketika ada satu kondisi yang membuatmu berpikiran dunia ini terlalu kejam untuk orang-orang sepertimu.

Kamu sendiri yang merusak segalanya. Kamu justru yang mempersulit segala keadaan yang ada. Bukannya tambah membaik, justru kamulah yang memperkeruh keadaan. Tidak, aku tidak berniat membuatmu untuk lebih jatuh lagi. Sekadar ingin kamu mengerti, sudah berapa banyak orang yang kamu bikin hancur dan sakit hatinya? Ketergantunganmu membuat orang lain sedikit terusik akan kehadiranmu. Kamu siapa? Sudah tak layak untik dikasih hati. Benalu dalam duri!

Mungkin, kamu sekarang berpikiran kalau dunia tak pernah bisa menerimamu, dunia tak sepenuhnya membutuhkanmu, kamulah yang membutuhkan dunia untuk tempat menyalurkan segala hal yang diamanahkan kepadamu, atau bahkan sama sekali kamu tak mengharapkan menginjakkan kaki di dunia?

Tuhan tak pernah salah. Tuhan punya kisah yang jauh lebih sempurna alurnya daripada karanganmu. Kamu tak perlu merasa menjadi orang yang paling sial karena tak ada satu pun manusia yang ingin berteman atau berbahagia denganmu. Kamu hanya perlu merelaksasi dan merefleksikan arti hidup yang sesungguhnya. Hanya belum saja dipertemukan dengan mereka-mereka yang mampu membuatmu tergugah akan hidup, bangkit dari keterpurukan, dan memberikanmu pencerahan dalam setiap masalah yang ada.

Detik ini, mungkin kamu bisa berpikiran kalau tak ada yang sepihak denganmu. Semua kamu bisa anggap destruktif, menyebalkan, tak ada rasa adil dalam kehidupan. Kita semua berharap kamu baik-baik saja. Bertahun-tahun gelombang permasalahan akan timbul. Tuhan akan memberikanmu kekuatan yang jauh lebih besar dari saat ini.

Tertanda,

Untaian kalimat dari seseorang yang tengah bergelut dengan kompleksitas kehidupan.

--

--

Pamungkas Adiputra
Pamungkas Adiputra

Written by Pamungkas Adiputra

Personal perspective. Currently at the stage of being able to learn to interpret the true meaning of life.

No responses yet